Hobi Rebahan dan Makan Gorengan Kok Mau Pindah Kewarganegaraan?
"Cocok lagi di ATM tidak menyengaja kepencet English saja sudah auto cemas, kok sok-sokan ingin geser kewarganegaraan?"
Hal Penting Dalam Beternak Ayam Tarung Saigon
"Cocok lagi di ATM tidak menyengaja kepencet English saja sudah auto cemas, kok sok-sokan ingin geser kewarganegaraan?"Demikian salah satunya tanggapan warganet di Twitter menyikapi wawasan geser kewarganegaraan yang sedang ramai.
Ya, masyarakat negeri ini kreatif. Karena sangat kreatifnya, waktu sedih dengan situasi negeri ini, jalan keluarnya sampai geser kewarganegaraan. Mengagumkan solutifnya.
Tetapi saya percaya, itu mah sedih sekejap yang sebetulnya bertambah memiliki nuansa komedi. Menertawai situasi diri kita yang kok gini-gini sangat. Kemungkinan ada yang serius geser ke luar negeri, tetapi banyaknya tentu tidak sekitar yang cuman gembar-gembor di sosmed saja. Faktanya juga tentu bukan dikarenakan terbitnya UU Cipta Kerja semata-mata.
Saya tidak akan mereferensikan negara mana yang sangat pas buat lari dari fakta ini. Tetapi yok bertanya pada diri kita, apa telah betul-betul siap bila memang ingin geser kewarganegaraan?
Okelah, kalian jago bahasa Inggris atau bahasa asing yang lain yang sesuai dengan, dan penuhi kriteria yang dipastikan untuk geser kewarganegaraan. Pertanyaannya apa kalian betul-betul siap lahir batin tidak sich?
Pertama masalah budaya kerja. Jika kalian termasuk juga golongan tiduran yang santuy, kok kelihatannya tidak ada negara yang pas untuk kalian. Mana ada orang kerjanya tiduran setiap hari dapat berpenghasilan buat bekal hidup di negara lain, terkecuali anaknya sultan yang hartanya tidak habis-habis. Ditambah lagi jika pengennya tukar kewarganegaraan jadi masyarakat Jepang yang diketahui edan kerja. Duh gan, di situ orang jika tidak berhasil harusnya malu, sadarkan diri serta harakiri. Sudah siap?
Ke-2, masalah makanan. Fans gorengan, fanatik nasi, tempe, krupuk, sambel, indomie, bubur ayam diaduk, pecel lele, odading serta lain-lainnya, minta untuk pikirkan semua mengakibatkan bila telah jadi masyarakat negara lain. Bisa kalian nyetok dari Indonesia, tetapi kan tidak dapat sering-sering. Atau nemuin menu sama di negara itu, tetapi apa iya dapat sama cita-rasanya yang kalian mengenal semenjak kecil?
Kelihatannya kok tidak ada tuch negara yang punyai warung lesehan agar kita dapat makan gunakan tangan sekalian samping kaki diangkat, sambil ngedengerin alunan musik Sunda atau malah dangdut koplo. Pasti juga sulit sekali nemuin tukang bakso, cilok, somay serta mie ayam keliling yang tinggal kalian panggil waktu melalui depan rumah.
Ke-3, cocok kalian masuk angin. Bila pindahnya sendirian, siapa yang buatkan teh anget waktu kalian masuk angin? Siapa juga yang ingin ngurut atau ngerokin badan kalian? Aduh, ditambah lagi di Eropa tuch hawanya dingin gaes, dapat masuk angin setiap hari jika belum terlatih.
Ke-4, untuk kalian yang terlatih naik motor ke indomaret walaupun hanya beberapa mtr. saja. Dih, tidak kebayang ada negara maju mimpi yang dapat menampung rutinitas semacam itu.